SUGAWA.ID – Asal tuding lembaga survei sebagai bayaran dan tukang tipu, akhirnya politisi Demokrat Benny K Harman dan Rocky Gerung kena batunya. Semua tuduhan mereka mendapat jawaban menohok dari para pendiri lembaga survei.
Bermula dari kicauan politisi Demokrat Benny K Harman yang agaknya kecewa dengan sejumlah hasil survei baru-baru ini.
“Survei pun dibayar untuk membenarkan skenario penguasa, skenario untuk mengalahkan Anies Baswedan dengan berbagai cara. Pengamat dan intelektual juga diberi upah agar memberi komentar yang sejalan dengan kehendak penguasa,” begitu antara lain kicauan Benny K Harman, Senin (5/6).
Baca Juga: Alexis Mac Allister Jalani Tes Kesehatan, Ini Harapan Liverpool pada Sang Pemain
Kemudian politisi Demokrat lain, Soeyoto, mengunggah video Rocky Gerung yang menuding lembaga survei sebagai penipu.
Dalam video itu, Rocky Gerung mengatakan bahwa dulu Lembaga Survei Indonesia (LSI) satu-satunya lembaga survei di Indonesia, dibiayai bank dunia untuk mem-backup demokrasi di Indonesia. Lalu LSI menghasilkan tokoh-tokoh yang membuat survei-survei politik di Indonesia.
“Nipu, udah digaji, eh dia bikin di dalam lembaga yang udah digaji itu survei dia sendiri. Semua lembaga survei yang ada sekarang itu adalah urusannya tipu-menipu saling titip kuesioner,” tuduh Rocky Gerung.
Baca Juga: DPMPTSP Kota Depok dan Satpol PP Saling Lempar Kasus Pelanggaran Perumahan Puri Aster
“Jadi, selama tidak bisa dibuktikan bahwa itu lembaga dibiayai publik, enggak mungkin itu benar. Tapi nanti mereka bilang ini uang kita sendiri untuk kepentingan publik. Dari mana untungnya kalau uang sendiri,” lanjut Rocky Gerung.
Tuduhan ini dengan santai dikomentari oleh Saiful Mujani, dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), “Rocky, saya yang bikin LSI. Tidak dibiayai world bank, tapi Japan International Cooperation Agency (JICA). Berharap kemudian bisa mandiri setelah berbagai pihak teryakinkan ada manfaatnya. Kemudian soal produk dan pasar, produk buruk nggak ada pasarnya, bukan tipu-tipu.”
Lebih jauh Saiful Mujani menjelaskan, tak mungkin produk serius tidak ada biayanya. Tapi sumber biaya tidak boleh mendikte proses dan hasil. Ini sama seperti profesi modern lainnya.
“Tipu-tipu nggak ada pasarnya, kecuali bagi orang dungu, istilahmu. Survei opini publik adalah capaian besar dalam studi politik modern,” papar Saiful Mujani.
Yang paling menohok adalah tanggapan dari Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi. Sebab ternyata justru Anies Baswedan dulu adalah atasannya di LSI. Bahkan Partai Demokrat dan Nasdem sering memakai jasa LSI.
Artikel Terkait
Survei SMRC: Elektabilitas Ganjar Pranowo Tertinggi, Bisa Singkirkan Prabowo dan Anies di Pilpres 2024?
Survei LSI: Erick Thohir Serius Menjaga Komitmen Jokowi Soal Piala Dunia U-20
SMRC Sebut Dugaan Korupsi Formula E akan Pengaruhi Elektabilitas Capres, Ini Jawaban Menohok Anies
Anies Baswedan Makin Tak Disukai, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto Tetap Bersinar, Ini Menurut SMRC