Sugawa.id – Kerusuhan Mei 1998 tidak boleh dilupakan. Begitu juga korbannya, Ita Martadinata. Setelah diperkosa, Ita Martadinata nyaris bersaksi ke dunia internasional atas kebiadaban yang dialami. Apa daya, sebelum itu terjadi dia dibunuh secara brutal.
Tidak banyak perempuan korban pemerkosaan yang berani bersaksi bahwa dirinya diperkosa. Terlebih lagi itu terjadi di tengah kerusuhan besar yang mengukir trauma seumur hidup. Ita Martadinata satu dari yang sedikit itu.
Kerusuhan Mei 1998 bukan saja diwarnai dengan pembunuhan, pembakaran, dan penjarahan, melainkan juga pemerkosaan massal. Targetnya, perempuan keturunan Tionghoa dengan tujuan menciptakan teror ketakutan pada warga Indonesia keturunan Tionghoa, sebab dijarah dan dibunuh saja dianggap kurang mengerikan.
Selama 13-15 Mei 1998, kerusuhan terjadi di sejumlah kota besar Indonesia. Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) mencatat hampir ada 200 laporan kasus perkosaan. Sebanyak 189 sudah terverifikasi. Mereka berasal dari Jakarta dan sekitarnya, Solo, Medan, Palembang, Surabaya. Semua adalah perempuan keturunan Tionghos. Salah satu korban, Ita Martadinata seorang siswi SMA yang masih berusia 18 tahun kala itu.
Berbeda dengan kebanyakan perempuan lain, Ita Martadinata berani bersaksi sebagai korban. Bukan hanya bersedia bersaksi di level nasional, melainkan ke level dunia. Ini sulit, sebab pemerkosaan massal yang mewarnai tragei Mei 1998 sering digaungkan sebagai hoaks belaka oleh sebagian kalangan.
Baca Juga: Hasil Liga Inggris Manchester City vs Everton, Misi Pep Berhasil, Everton Tipis Dari Zona Degradasi
Anggota Tim Relawan untuk Kekerasan Terhadap Perempuan Ita F. Nadia memaparkan, banyak korban perkosaan pada kerusuhan Mei 1998 ditekan dan diintimidasi untuk bungkam.
Sebelum memutuskan jadi saksi, Ita Martadinata bergabung dalam Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRK). Gadis belia itu memberi konseling bagi sesama korban pemerkosaan.
Menghimpun segala keberanian yang ada, Ita Martadinata bersiap untuk ke sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat. Siswi SMA Paskalis itu akan didampingi ibunya, Wiwin Haryono.
Baca Juga: BCA Mobile Sempat Lumpuh, Netizen Panik, Begini Cara Agar Bank Terhindar dari Ransomware
Ada empat korban kerusuhan lain yang akan ikut serta. Di markas Besar PBB, 9 Oktober 1998, Mereka akan bersaksi atas kerusuhan Mei 1998. Ita Martadinata sudah menyiapkan video dalam tiga bahasa berisi kesaksian yang akan dipresentasikan dalam sidang di PBB.
Siapa sangka, sepekan sebelum keberangkatannya, Ita Martadinata ditemukan dibunuh secara brutal. Di kamarnya, Ita Martadinata terbujur kaku dengan tikaman pada perut, dada, dan lengan. Ada 10 tikaman bersarang di tubuh mungilnya, leher pun disayat. Yang lebih mengerikan, alat kelaminnya ditancap kayu.
Memilukan, sebab pihak kepolisian menganggap kematian Ita Martadinata hanya kejahatan biasa. Pelakunya bernama Suryadi alias Otong alias Bram, seorang pecandu obat bius. Menurut polisi, Otong ingin merampok rumah Ita Martadinata. Itu saja.
Artikel Terkait
Azmi Abubakar Menemukan Tuhan Lewat Museum Pustaka Peranakan Tionghoa
Asal-Usul Cina Benteng : Penyebutannya Salah Kaprah Mengalir Sampai Jauh … (Bagian 5)
Asal-usul Cina Benteng : Sistem Kekerabatan Tionghoa Tangerang Cenderung Lebih Terbuka (Bagian 6 Tamat)
Hari Raya Nyepi Bersamaan dengan Awal Ramadhan, Diimbau Shalat Tarawih Jalan Kaki ke Masjid
Gelar Ngembak Geni, Ratusan Umat Hindu Padati Pelataran Candi Badut Kabupaten Malang
Mengenal RA Lasminingrat, Ibu Literasi Pertama Tanah Air yang Jadi Ikon Google Doodle
Ritual Bersih-bersih Kuburan Saat Ceng Beng dan Pengaruhnya Pada Keluarga, Begini Penjelasan Pakar Fengshui
Tradisi Ziarah Kubur dalam Sudut Pandang Islam dan Fenomena Unik Terhadap Perekonomian Masyarakat
Sejarah dan Makna, Tradisi Bakda Kupat atau Lebaran Ketupat oleh Masyarakat Muslim Jawa di Tanah Air
Persatuan Lumbanraja dan Kepengurusan Baru: Antara Identitas Budaya Batak dan Era Digital
Ananda Sukarlan Menganggap Autisme Bukan Penyakit Tapi Justru Suatu Anugerah. Ini Penjelasannya
Buku Perbudakan Seks Karya McCormick Diprotes Orang Tua Murid di Virginia, Ini Penjelasan Sang Penulis
Profil Profesor Dokter Sulianti Saroso, Kisahnya Inspiratif yang Dikenang Google Doodle Hari ini