Mengenang Ita Martadinata, Korban Pemerkosaan Kerusuhan Mei 1998, Saksi Kebiadaban Manusia

- Senin, 15 Mei 2023 | 07:39 WIB
Ita Martadinata, korban perkosaan 98 yang dibunuh secara brutal sebelum bersaksi ke Markas Besar PBB, New York.  (Ilustrasi: Sugawa/Lucy Indesky)
Ita Martadinata, korban perkosaan 98 yang dibunuh secara brutal sebelum bersaksi ke Markas Besar PBB, New York. (Ilustrasi: Sugawa/Lucy Indesky)

 

Sugawa.idKerusuhan Mei 1998 tidak boleh dilupakan. Begitu juga korbannya, Ita Martadinata. Setelah diperkosa, Ita Martadinata nyaris bersaksi ke dunia internasional atas kebiadaban yang dialami. Apa daya, sebelum itu terjadi dia dibunuh secara brutal.

Tidak banyak perempuan korban pemerkosaan yang berani bersaksi bahwa dirinya diperkosa. Terlebih lagi itu terjadi di tengah kerusuhan besar yang mengukir trauma seumur hidup. Ita Martadinata satu dari yang sedikit itu.

Kerusuhan Mei 1998 bukan saja diwarnai dengan pembunuhan, pembakaran, dan penjarahan, melainkan juga pemerkosaan massal. Targetnya, perempuan keturunan Tionghoa dengan tujuan menciptakan teror ketakutan pada warga Indonesia keturunan Tionghoa, sebab dijarah dan dibunuh saja dianggap kurang mengerikan.

Baca Juga: Hasil Liga Inggris Pekan ke-36, Arsenal Dipermalukan di Depan Publik Sendiri, Brighton Buka Peluang ke Eropa

Selama 13-15 Mei 1998, kerusuhan terjadi di sejumlah kota besar Indonesia. Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) mencatat hampir ada 200 laporan kasus perkosaan. Sebanyak 189 sudah terverifikasi. Mereka berasal dari Jakarta dan sekitarnya, Solo, Medan, Palembang, Surabaya. Semua adalah perempuan keturunan Tionghos. Salah satu korban, Ita Martadinata seorang siswi SMA yang masih berusia 18 tahun kala itu.

Berbeda dengan kebanyakan perempuan lain, Ita Martadinata berani bersaksi sebagai korban. Bukan hanya bersedia bersaksi di level nasional, melainkan ke level dunia. Ini sulit, sebab pemerkosaan massal yang mewarnai tragei Mei 1998 sering digaungkan sebagai hoaks belaka oleh sebagian kalangan.

Baca Juga: Hasil Liga Inggris Manchester City vs Everton, Misi Pep Berhasil, Everton Tipis Dari Zona Degradasi

Anggota Tim Relawan untuk Kekerasan Terhadap Perempuan Ita F. Nadia memaparkan, banyak korban perkosaan pada kerusuhan Mei 1998 ditekan dan diintimidasi untuk bungkam.

Sebelum memutuskan jadi saksi, Ita Martadinata bergabung dalam Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRK). Gadis belia itu memberi konseling bagi sesama korban pemerkosaan.

Menghimpun segala keberanian yang ada, Ita Martadinata bersiap untuk ke sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat. Siswi SMA Paskalis itu akan didampingi ibunya, Wiwin Haryono.

Baca Juga: BCA Mobile Sempat Lumpuh, Netizen Panik, Begini Cara Agar Bank Terhindar dari Ransomware

Ada empat korban kerusuhan lain yang akan ikut serta. Di markas Besar PBB, 9 Oktober 1998, Mereka akan bersaksi atas kerusuhan Mei 1998. Ita Martadinata sudah menyiapkan video dalam tiga bahasa berisi kesaksian yang akan dipresentasikan dalam sidang di PBB.

Siapa sangka, sepekan sebelum keberangkatannya, Ita Martadinata ditemukan dibunuh secara brutal. Di kamarnya, Ita Martadinata terbujur kaku dengan tikaman pada perut, dada, dan lengan. Ada 10 tikaman bersarang di tubuh mungilnya, leher pun disayat. Yang lebih mengerikan, alat kelaminnya ditancap kayu.

Memilukan, sebab pihak kepolisian menganggap kematian Ita Martadinata hanya kejahatan biasa. Pelakunya bernama Suryadi alias Otong alias Bram, seorang pecandu obat bius. Menurut polisi, Otong ingin merampok rumah Ita Martadinata. Itu saja.

Halaman:

Editor: Wahyu Wibisana

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X