Jadwal Ramadhan Antara NU dan Muhammadiyah Kerap Berbeda, Ini Penjelasannya

- Kamis, 16 Maret 2023 | 08:51 WIB
Penentuan awal bulan Ramadhan kerap berbeda antara NU dan Muhammadiyah, sebab memakai metode berbeda. (Freepik)
Penentuan awal bulan Ramadhan kerap berbeda antara NU dan Muhammadiyah, sebab memakai metode berbeda. (Freepik)

Sugawa.id – Seperti tahun-tahun sebelumnya, publik selalu bertanya kapan jadwal Ramadhan tahun ini dimulai. Sering terjadi adanya perbedaan jadwal Ramadhan antara dua organisasi Islam besar di Indonesia, yaitu Nahdatul ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Untuk Muhammadiyah, jadwal Ramahdan tahun ini sudah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Awal Ramadhan diumumkan akan dimulai pada hari Kamis, tanggal 23 Maret 2023. Penetapan jadwal ini termaktub dalam Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2023 tentang Penetapan Hasil hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1444 Hijriah.

Sedangkan NU belum menetapkan jadwal dimulainya bulan Ramadhan. Sebab memang memiliki metode yang berbeda. Biasanya jadwal dimulainya bulan Ramadhan versi Muhammadiyah lebih awal satu hari daripada NU. Namun itu pun tidak selalu terjadi. Ada kalanya Ramadhan dimulai bersamaan.

Baca Juga: Nani Wijaya, Aktris Peraih Dua Piala Citra Meninggal Dunia

Apa yang menyebabkan adanya perbedaan antara penetapan jadwal bulan Ramadhan itu? Mari kita kupas satu per satu.

Muhammadiyah menggunakan metode hisab untuk memutuskan jadwal dimulainya Ramadhan. Caranya adalah dengan perhitungan gerak matahari dan bulan. Pada situs resminya, Muhammadiyah menjelaskan bahwa dalam penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal, dipakai perhitungan bulan atau hisab.

Metode ini didasarkan atas Surah Yasin ayat 39-40, hadits, konsep fiqih, dan ilmu astronomi. Ada tiga syarat yang harus dipenuhi dalam penentuan hisab. Ketiganya adalah sudah terjadi terjadi ijtimak, ijtimak sebelum matahari terbenam, dan bulan ketiganya matahari terbenam.

Baca Juga: Lagi-lagi Madrid Kubur Impian Liverpool

Sementara itu NU memakai metode Rukyatul Hilal dalam menetapkan awal Ramadhan. Metode ini dilakukan dengan melihat hilal secara manual, yang berarti tidak memakai teleskop. Syaratnya, bulan sabit muda harus mencapai ketinggian 3-6,4 derajat. Penampakan ini wajib dikonfirmasi oleh petrugas di lapangan. Ada tiga faktor utama lain, yaitu sebelum matahari tenggelam, ijtimak minimal 8 jam, dan terlihat bulan di atas ufuk.

Tak seperti Muhammadiyah, NU belum mengumumkan jadwal dimulainya Ramadhan 2023. Bisa saja Ramadhan dimulai pada 23 Maret juga, asal hilal sudah terlihat. Jika itu terjadi, maka baik Muhammadiyah dan NU sama-sama memulai Ramadhan pada hari dan tanggal yang sama.

Mari kita tunggu bersama dengan hati yang gembira. Sebab keduanya sama-sama bertujuan kebaikan bagi seluruh umat manusia.***(Lucy Indesky)

Editor: Wahyu Wibisana

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X