Sugawa.id – Merawat Kebhinekaan adalah hal terpenting dalam bingkai kebangsaan Indonesia. Jangan sampai keberagaman menjadi titik lemah dari harmoni berbangsa, tapi justru Kebhinekaan adalah sebuah kekuatan bagi Indonesia.
Demikian disampaikan Pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, Azmi Abu Bakar dan Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Ansy Lema dalam talkshow “Harmoni dalam Keragaman” yang diselengarakan Perhimpunan INTI Banten, di Samasana Clubhouse, BSD City, Tangsel, Sabtu (4/3/2023).
Azmi menyatakan Kebhinekaan inilah yang mendasari dirinya mendirikan Museum Pustaka Peranakan Tionghoa beberapa tahun lalu. “Saya berpikir pendirian museum ini merupakan cara membangun keindonesiaan itu sendiri. Saya sebagai orang Aceh merasa menjadi bagian dari Tionghoa, sehingga saya membangun museum ini. Bukan berarti karena saya orang Aceh harus mendirikan Museum Aceh, atau orang Jawa harus mendirikan museum tentang budaya Jawa,” kata pria asal Aceh ini.
Baca Juga: Lima Warga Banten Jadi Korban Kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Ini Daftarnya
Dikatakan, sangat menarik untuk melihat orang Tionghoa membangun museum budaya lain, atau orang suku Jawa membangun Museum Makassar atau lainnya. “Atau lebih ekstrem lagi, masyarakat muslim ikut mambangun gereja, wihara ataupun pura. Sebaliknya orang Kristen dan yang lain membangun masjid sehingga menonjolkan Kebhinekaan itu sendiri. Dengan demikian Kebhinekaan bisa jadi kekuatan, bukan kelemahan kita,” paparnya.
Azmi berpesan perlu diwaspadai kalau ada banyak kalangan yang kemudian menganggap Kebhinekaan sebagai titik lemah Indonesia. “Pemikiran ini yang harus diubah. Kita harus sadar bahwa keragaman itu adalah sumber kekuatan,” kata jebolan Institut Teknologi Indonesia ini.
Hal senada disampaikan oleh Anggota DPR RI, Ansy Lema yang menyebut menjaga Kebhinekaan adalah hal yang penting di era posttruth ini. “Kita harus melawan gerakan-gerakan politik yang memecah belah dan intoleran. Sebab sikap intoleran adalah bibit-bibit radikalisme yang membahayakan.
Baca Juga: Asal-usul Cina Benteng : VOC Siapkan Benteng Pengawas bagi Pecinan Tangerang (Bagian 3)
“Karena itu politik identitas akan membuat kondisi Indonesia jadi tidak nyaman. Karena itu kita semua harus memperjuangkan agar ini tidak berkembang terus, sehingga akhirnya kita tak akan nyaman dengan kondisi itu. Kita harus melawan itu semua,” kata anggota DPR asal NTT ini.
Dikatakan, para pendiri bangsa ini sudah memikirkan masalah keberagaman ini sejak di awal-awal perjuangan mereka, sehingga Indonesia tetap satu walaupun telah merdeka 70 tahun lebih.
“Saya rasa salah satu penyebab Indonesia masih bisa berdiri saat ini adalah masih adanya empat pilar bangsa yakni Pancasila, UUD, NKRI dan asas Bhineka Tunggal Ika. Tanpa itu sulit untuk bertahan. Kita boleh saja mempelajari banyak ideologi, namun tidak ada tempat bagi ideologi lain untuk boleh berkembang di negeri ini selain Pancasila. Dengan Pancasila, kita boleh bebas tapi kebebasan kita juga tak boleh melanggar kebebasan orang lain. Pancasila adalah pondasi selaligus falsafah hidup kita,” tuturnya. Ansy juga menyatakan Kebhinekaan adalah aset bangsa dan bukan beban. ***
Artikel Terkait
Asal-usul Cina Benteng, Dari Negeri Tengah Sampai ke Teluk Naga (Bagian 1)
Asal-usul Cina Benteng : Imbas Souw Beng Kong dan Kerusuhan Batavia 1740 (bagian 2)
Asal-usul Cina Benteng : VOC Siapkan Benteng Pengawas bagi Pecinan Tangerang (Bagian 3)