Yi So Yeon, Astronot Pertama Korea dan Impiannya Tentang Luar Angkasa Negeri Ginseng

- Senin, 1 Mei 2023 | 10:09 WIB
Caption : Astronot Korea Yi So-yeon mengibarkan bendera nasional Korea Selatan selama misinya di International Space Center pada April 2008.  (Dok Wisdomhouse)
Caption : Astronot Korea Yi So-yeon mengibarkan bendera nasional Korea Selatan selama misinya di International Space Center pada April 2008. (Dok Wisdomhouse)

Sugawa.id - Astronot Korea Yi So Yeon membagikan pengalamannya ke Stasiun Luar Angkasa Internasional membagikan pengalamannya lewat buku bertajuk “Meet Me at the Universe”. Buku itu diterbitkan pada 8 April tahun ini untuk memperingati 15 tahun penerbangan luar angkasanya.

Yi menjadi orang Korea pertama dan satu-satunya yang melakukan perjalanan ke luar angkasa ketika Soyuz TMA 12, sebuah misi luar angkasa Rusia ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Dalam sebuah wawancara dengan The Korea Herald 25 April lalu, Yi bicara soal mengapa sampai saat ini ada astronot Korea lain yang diberangkatkan ke luar angkasa setelah dirinya. Yi berpendapat sangat wajar bagi negara-negara di luar China, Rusia, dan AS -- pusat kekuatan luar angkasa global yang memiliki kemampuan meluncurkan roket luar angkasa dan melakukan berbagai proyek luar angkasa - untuk melihat celah besar antara astronot pertama dan kedua mereka.

Baca Juga: Resmi Ditangkap, Peneliti BRIN yang Lakukan Ancaman Pembunuhan Dikatakan Punya Riwayat Berkebutuhan Khusus

“Dalam kasus Eropa dan Jepang, meskipun mereka sekarang mengirim astronot setiap satu atau dua tahun, dibutuhkan antara 10 hingga 20 tahun untuk proyek astronot kedua mereka mereka. Kedua negara membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekadar makna simbolis pada astronot pertama,” cetusnya.

Yi menyatakan harapan bahwa Korea dapat melihat astronot keduanya dalam 10 tahun ke depan setelah serangkaian misi luar angkasa yang sukses baru-baru ini. Roket Nuri buatan Korea sendiri dan pengorbit bulan Danuri.

“Sekarang, banyak orang menunjukkan ketertarikan pada luar angkasa. Jika Korea dapat setara dengan negara-negara yang aktif terlibat dalam proyek luar angkasa, misi bersama akan datang dengan sendirinya. Dan jika kami terus berbuat lebih banyak untuk tujuan itu, akan tiba waktunya kami berharap dapat mengirimkan astronot Korea lainnya ke luar angkasa,” katanya.

Baca Juga: Keluarga Sebut Kaitan Mafia Narkoba pada Kematian AKBP Buddy Alfrits, Diduga Dibunuh, Jasadnya Dibuang

Yi menyarankan Korea tak perlu buru-buru dalam mengelola proyek luar angkasa tidak boleh terburu-buru. “Saat saya bertemu dengan pakar antariksa dari negara lain, mereka mempersiapkan diri dari sudut pandang jangka panjang bukan mencari hasil dalam jangka pendek. Penting untuk melakukan hal-hal tertentu dengan baik dan tidak terburu-buru. Korea memang terlambat untuk hal itu, namun negara punya skala prioritas yang berbeda dalam hal sumber daya, uang, dan personel. Tapi jika terlalu terburu-buru, kita mungkin membuat kesalahan, ” katanya.

Sebagai kandidat utama terakhir untuk Program Astronot Korea, Yi menyisihkan 36.000 pelamar. Dia harus menjalani kursus pelatihan selama 15 bulan di Pusat Pelatihan Kosmonot Gagarin Moskow.

“Ketika saya dilatih di Rusia, instruktur yang telah lama merawat astronot mengatakan kepada saya bahwa tingkat kecerdasan yang dibutuhkan untuk seorang astronot lebih rendah dari yang diharapkan. Mereka mengatakan standar kesehatan fisik dan mental sangat tinggi,” katanya.

Baca Juga: Wow, Selain Mal Mewah di Singapura, Sukanto Tanoto Pernah Beli Istana Raja Jerman

Yi secara khusus menggarisbawahi pentingnya kesehatan mental dan kemampuan seseorang untuk mengatasi stres, menunjukkan bahwa luar angkasa adalah tempat yang mematikan jika tingkat kesehatan mental kita buruk dan itu bisa merusak seluruh misi.

“Yang terpenting adalah seberapa sehat mental Anda. Begitu dewasa, Anda tak dapat benar-benar mengubah kesehatan mental bahkan melalui pelatihan,” katanya.

Halaman:

Editor: Wahyu Wibisana

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X