Sugawa.id - Lebih dari 50 orang dinyatakan tewas dan 600 orang lainnya terluka akibat pertempuran antara pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) dengan angkatan darat negara. Kedua kubu saling mengklaim tuduhan terkait pertumpahan darah di negara yang mencoba keluar dari krisis ekonomi tersebut.
Menurut laporan Komite Pusat Kesehatan Sudan, setidaknya 56 orang dinyatakan tewas dan 595 lainnya mengalami luka-luka pada Minggu (16/4/2023) pagi.
Sementara Sindikat Dokter Sudan belum memastikan jumlah korban jiwa, namun mereka mengklai ada korban warga sipil yang jatuh dalam peristiwa itu dan korban-korban itu ada di bebergai negara bagian.
Baca Juga: Kabar Baik, Google Siapkan Teknologi Pelacak Ponsel dalam Kondisi Mati . Ini Keunggulannya
"Ada banyak korban yang tak terhitung di berbagai bagian negara.
Dan jumlah korban bisa terus bertambah,” ujar Sindikat Dokter Sudah seperti dikutip RT.Com, Minggu (14/4/2023).
Perselisihan antara para militer RSF dan tentara Sudan tersebut meletus dalam pertumpahan darah dimulai abtu pagi, dimana tembakan dan ledakan terdengar di seluruh ibu kota sepanjang siang hingga malam hari. Kedua belah pihak menggunakan kendaraan lapis baja dan truk pick-up dengan senapan mesin terpasang dalam pertempuran di Kota Khartoum.
Baca Juga: Francesco Bagnaia Juara Sprint Race MotoGP Amerika, Fabio Quartararo Hampir Gagal Finis
Saksi juga melaporkan ada tank dan jet, karena militer mengatakan telah melancarkan serangan udara kepada RSF.
Unit paramiliter mengklaim telah merebut istana kepresidenan, stasiun TV negara, beberapa bandara dan kediaman panglima militer, dan mengatakan banyak korban di kubu tentara Sudan.Pemimpin RSF bahkan mengklaim pasukannya menguasai 90% situs strategis di ibu Kota Khartoum.
Militer menegaskan bahwa semua fasilitas strategis di ibu kota dan seluruh negeri masih berada di bawah kendali militer. Mereka juga mengesampingkan negosiasi dengan RSF dan menyebut kelompok itu sebagai "milisi pemberontak".
Baca Juga: Sebelum Pulang ke Rumah David Ozora Menyanyi bersama Ardhito Pramono
Juru bicara angkatan bersenjata Sudan Brigadir Jenderal Nabil Abdallah kepada Al Jazeera mengatakan pasukan RSF mengambil alih TV di Khartoum dan tentara kemudian melakukan perlawanan terhada tindakan "tidak bertanggung jawab" tersebut.
Militer Sudan menuturkan pasukannya juga tengah mengejar milisi RSF yang masih berkeliaran di ibu kota dan menduduki gedung-gedung pemerintah.
Artikel Terkait
Dukungan Barat ke Ukraina akan Menurun Tahun Depan, Ini Alasannya
Presiden Joe Biden Yakin China Belum Kirim Senjata ke Rusia
Lawan Ancaman Rusia, Negara-Negara Nordik Bentuk Pertahanan Udara Terpadu, Simak Penjelasannya!
Mississippi Dihantam Tornado Berkecepatan 70 Mph, Pakar Sebut Ini Musibah Peling Mematikan
Polandia Janji akan Pasok 14 Jet Tempur MiG 29 ke Ukraina, Zelenskyy Sangat Senang dan Sampaikan Ini
Azerbaijan Klaim Empat Diplomat Iran Diusir, Ini Beberapa Penyebabnya
Arab Saudi Tandatangani Perjanjian Kemitraan Strategis dengan China, Ini Kata Muhammed Bin Salman
China Gelar Latihan Militer di Selat Taiwan, Beijing Marah karena Presiden Tsai Ing-wen Bertemu Kevin McCarthy
Pertemuan Tsai Ing-wen dan DPR AS Buat Dukungan Terhadapnya Melemah, Ini Hasil Studinya
Sudah Minta Maaf, Perilaku Dalai Lama Mencium Bibir dan Lidah Seorang Anak Tetap Kontroversial