SUGAWA.ID - Nama Josephine Werratie Komara alias Obin alias Ang Siok Bin tiba-tiba jadi sorotan dunia lagi, menyusul profilnya tampil di New York Times akhir Juni 2023 lalu. Mungkin tak banyak yang mengenal siapa perempuan satu ini hingga media sekelas New York Times harus meliputnya.
Josephine Werratie Komara atau yang dibiasa hanya disebut sebagai Josephine Komara saja, ternyata adalah seorang pakar batik yang terus memproklamasikan kain batik sebagai salah satu kekayaan Indonesia. Dia tak pernah lelah mempromosikan batik hingga bisa dikenal di level internasional.
Hebatnya lagi, hasil karya Josephine Komara kini sudah mampu menembus Eropa, Amerika hingga Timur Tengah. Dia mengangkat "derajat batik" melalui Bin House. Namun anehnya, perempuan yang lebih akrab disapa Obin ini, malah lebih suka disebut sebagai tukang kain daripada seorang disainer ataupun seniman batik.
Sangking cintanya kepada batik, sampai-sampai dia menyimpan koleksi batik-batik kuno dari pulai Jawa dan pulau-pulau terluar di Indonesia. Dia terus mengoleksi dan mencari batik-batik antik sebagai warisan negara yang sangat berharga.
“Saya tidak mencintai Indonesia, tapi saya jatuh cinta dengan Indonesia. Bagi saya, kain Indonesia yang kami buat itu hidup, berbicara, mengekspresikan diri tentang tanah air, tanah yang indah, yang memiliki denyut nadi dan aroma tertentu yang tidak ada di tempat lain,” kata Josephine Komara kepada New York Times.
Sebuah rasa yang mungkin tak dipunyai oleh orang lain, atau paling tidak sedikit orang di negeri ini yang mampu mencintai tradisi leluhur sedemikian dasyat.
Menariknya, Josephine Komara justri menghabiskan masa kecilnya di Hong Kong, dan baru kembali ke Indonesia saat dirinya menginjak remaja. Ketika masih berusia 14 tahun, perempuan keturunan Tionghoa ini sering melihat keanggunan ibunya saat mengenakan kebaya atau kain Nusantara.
Sejak tahun 1970-an, Obin yang kerap menganggap dirinya sebagai “tukang kain ini” pun mulai tergerak untuk melestarikan kekayaan budaya Nusantara tersebut dan ia mulai mengumpulkan kain-kain tradisional khas Indonesia yang antik dari seluruh pelosok Nusantara.
Padahal kala itu sejumlah orang sering menganggap batik adalah kain yang dianggap kuno dan hanya cocok untuk pakaian orang tua. Tapi berkat “sentuhannya”, kain-kain batik yang dia dan timnya rancang jadi begitu special dan BINhouse, brand yang dia bangun mulai tahun 1986 di kawasan Menteng Jakarta Pusat pun mulai dikenal secara luas.
Baca Juga: Cesc Fabregas Memilih Pensiun dan Latih Como, Ini Pesan Perpisahannya yang Menyentuh
BINhouse pun sudah mengubah ekspresi budaya yang rumit dan indah itu menjadi sebuah kekuatan dalam menyebarkan keindahan batik ke mancanegara.
Rumah mode Bin House pun banyak menciptakan perpaduan kain batik dan tenun dengan berbagai eksperimen. Keistimewaan batik karya Obin ialah proses pembuatannya tidak menggunakan mesin, tapi sepenuhnya adalah handmade alias kerajinan tangannya. Dan hal itu masih dia lakukan walaupun sudah 40 tahun dia tekuni. Ini seperti ingin menunjukan betapa cintanya Obin terhadap kain Indonesia yang bernama batik.
Artikel Terkait
Mengintip Proses Kreatif Wisnu Suryaning Adji, Lelaki yang 100% Mengabdikan Hidupnya untuk Menulis
Kisah Hidup Oei Hui Lan, Putri Raja Gula Asal Semarang yang Mendunia
Sosok Haji Masagung, Pendiri Toko Buku Gunung Agung, 70 Tahun Ikut Mencerdaskan Indonesia
Ini Sosok Agnes Linggar Budhisurya, Hand Painted Designer Peraih MURI yang Telah 60 Tahun Berkarya
Penulis Biografi Pertama Soekarno Ternyata Bukan Cindy Adam, Melainkan Penulis Tionghoa Ini
Ini Dia 5 Peninggalan Belanda di Kota Depok, Nomor 5 Bikin Kamu Terkesima!
Sosok Putri Ariani, Suara Emas yang Mengguncang America’s Got Talent. Ini Kisah Perjuangannya