Sugawa.id - Hari Puisi Nasional menjadi momen bagi sastrawan dan penyair Indonesia untuk memikirkan masa depan dan independensi gedung dan area Taman Ismail Marzuki.
Acara yang didukung oleh sejumlah komunitas sastra yang bergiat di Jabodetabek ini sekaligus juga menandatangani Petisi yang ditujukan kepada Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).
Komunitas sastra yang terlibat itu antara lain Dapur Sastra Jakarta, Taman Inspirasi Sastra Indonesia, Sastra Reboan, Bengkel Deklamasi, Ruang Puisi Kita, Jagat Sastra Milenial, Komunitas Sastra Semesta, Forum Seniman Indonesia, Komunitas Menteng Jakarta, Komunitas Planet Senen, Penyair Seksih, Teater Jalanan Nusantara, Koloni Seniman Ngopi Semeja/Kesengsem-Depok, Sastra Senja, Geng Sendal Jepit, Komunitas Indonesia Kreatif/KEPIK, Kampung Seni Jakarta, FSP-TIM dan komunitas lainnya.
Baca Juga: Mutasi PNS di Banten Sarat Unsur Transaksional Politis
Hari Puisi Nasional yang bertema “Panjang Umur Puisi Indonesia” digelar oleh FSP-TIM, Sabtu malam (28/4/2023).
Acara yang diprakarsai oleh Save TIM - Panjang Umur Perjuangan ini dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana, di Posko #saveTIM, di kawasan Pusat Kesenian Jakarta – Taman Ismail Marzuki.
Di antara para penyair, terlihat juga budayawan Taufik Rahzen, Iwan Burnani (aktor senior Bengkel Teater Rendra), Effendi Saman, SH (kuasa hukum FSP-TIM).
Baca Juga: Nadiem Makarim Ingatkan Pentingnya Refleksi di Hari Pendidikan Nasional
Adapun petisi yang dibacakan di tengah acara, oleh Exan Zen, Romo Marthin, David Karo-Karo, Tatan Daniel, Nuyang Jaimee, Mogan Pasaribu, Sihar Ramses Simatupang, Sari Chikata, Joe Marbun, dan Eko Prakoso itu ditujukan kepada Dewan Kesenian Jakarta.
Menurut Ketua Umum Federasi Pekerja Seni Indonesia (FPSI), Mujib Hermani, dilatar belakangi oleh mencuatnya sejumlah persoalan genting yang menjadi perbincangan di kalangan publik.
Salah satu bunyi di dalam petisi adalah agar Akademi Jakarta jAJ) menghormati hasil keputusan dari Masyarakat Kesenian Jakarta (MKJ) sebagai forum paling terhormat kesenian yang menghaslkan banyak keputusan termasuk struktur kepengurusan yang telah dipilih dalam forum itu.
Baca Juga: Lama Tak Dengar Kabar, Ternyata Ini Kesibukan Baru Artis Gladys Suwandhi
Petisi ini dikeluarkan melihat adanya gejala Akademi Jakarta yang dikhawatirkan tidak independen terhadap keputusan yang seyogyanya resisten dari pengaruh kanon dan kelompok seni mana pun kecuali amanah dari MKJ.
Sikap independensi dari AJ dan DKJ sangat penting untuk mengembalikan status dan marwah Taman Ismail Marzuki ke depannya. MKJ adalah forum yang juga sesuai dengan amanat UU Pemajuan Kebudayaan yang memberikan banyak ruang bagi seniman untuk menentukan sikap dan masa depan seni dan kebudayaan di wilayahnya.