Sugawa.id- Setelah merayakan Hari Raya Idul Fitri, sebagian besar masyakat muslim Jawa di Tanah Air akan melaksanakan tradisi bakda kupat atau lebaran ketupat, yang hingga kini masih lestari dan diselenggarakan secara turun temurun. Kegiatan ini dilakukan pada hari ke-7 di bulan Syawal.
Sejarah dari tradisi bakda Kupat ini berawal dari Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkannya kepada masyarakat Jawa sejak zaman Hindu-Budha pada tahun 1600-an.
Lebaran Ketupat atau Bakda Kupat juga memiliki makna filosofi yang sangat mendalam, karena kupat ini merupakan singkatan dari kata 'Ngaku Lepat' yang artinya mengakui kesalahan.
Bahan utama dari ketupat yaitu nasi dan daun kelapa muda memiliki arti khusus. Nasi dianggap sebagai lambang nafsu, sedangkan daun kelapa muda atau janur melambangkan 'jati ning nur' yang artinya hati nurani.
Bungkus ketupat yang terbuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa. Menariknya ketupat yang sudah matang akan digantung di atas kusen pintu depan rumah dalam jangka waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan sampai kering.
Bentuk segi empat ketupat juga mencerminkan prinsip "kiblat papat lima pancer," yang bermakna bahwa kemanapun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah. Anyaman ketupat yang rumit juga dimaknai sebagai cerminan dari berbagai macam kesalahan manusia.
Baca Juga: Borong Solar Subsidi, Dijual ke Industri, Ini Bisnis Sampingan AKBP Achiruddin Hasibuan?
Sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah memohon ampun dari kesalahan.
Dengan pesan moral yang dalam dan nilai filosofinya yang tinggi, menjadikan makna ketupat inilah yang turut digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran agama Islam di Jawa.
Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah lebaran. Lebaran Ketupat dirayakan oleh masyarakat Muslim Jawa dengan membuat ketupat seraya berkumpul bersama keluarga, Kemudian ketupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambang kebersamaan.
Dan selanjutnya melaksanakan prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, saling meminta maaf.
Setelah bermaaf-maafan dilanjutkan dengan bercengkrama bersama keluarga seraya menyantap ketupat sayur yang biasanya disandingkan dengan opor ayam, gulai daging atau sayur krecek khas masyarakat Jawa.
Artikel Terkait
Ini 17 Ucapan Selamat yang Cocok untuk Anda Sampaikan pada Hari Jumat Agung
Inilah Seni Khas Majalengka, Obrok Obrok yang Rutin Membangunkan Sahur Warga!
Selain Kapolri dan Panglima TNI, Laskar Merah Putih DKI Turut Hadiri Pemakaman Istri Wakapolri
Ratusan Jemaat GPIB Jurang Mangu Gelar Perayaan Paskah
Ini Kisah Reza yang Kuliah Sambil Jadi Driver Ojek Online, Dapat Penumpang Sok Tahu, Begini Ceritanya
Yuk! Mendekatkan Diri Kepada Allah, Menjelang 10 Hari Terakhir Ramadhan, Berikut Caranya
Tradisi Ziarah Kubur dalam Sudut Pandang Islam dan Fenomena Unik Terhadap Perekonomian Masyarakat
Keraton Yogyakarta Gelar Garebeg Syawal, Catat Tanggalnya
Tata Cara dan Niat Mandi Sunnah sebelum Laksanakan Salat Idul Fitri, Simak Penjelasannya
Ini Sejumlah Takbiran ala Masyarakat di Nusantara, Ada yang Pernah Merasakan