• Jumat, 29 September 2023

Apakah Benar Hadist Tidurnya Orang Puasa Bernilai Ibadah? Begini Penjelasannya

- Sabtu, 25 Maret 2023 | 23:35 WIB
Beredar ungkapan di masyarakat mengenai tidur di bulan Ramadhan adalah Ibadah. Bagaimana kedudukan hadistnya? (Freepik)
Beredar ungkapan di masyarakat mengenai tidur di bulan Ramadhan adalah Ibadah. Bagaimana kedudukan hadistnya? (Freepik)

Sugawa.id-Memasuki bulan suci Ramadhan, kerap kali kita mendengar ungkapan bahwa tidurnya orang yang berpuasa Ramadhan adalah ibadah. Bahkan dikatakan ini adalah sabda Nabi Muhammad SAW.

Sehingga dengan pernyataan tersebut menjadi salah satu hujjah atau alasan yang membuat orang-orang tidur siang, di hari-hari produktif di bulan Ramadhan. Karena termotivasi dengan hadist palsu yang berbunyi:

"Tidurnya orang puasa merupakan ibadah, diamnya merupakan tasbih, amalnya dilipat-gandakan (pahalanya), doanya dikabulkan dan dosanya diampuni.”

Baca Juga: Kabar Gembira! Syaratnya Mudah, Ganjar Pranowo Ajak Mudik Gratis bagi Warga Jateng di Jabodetabek

Perawi hadits ini adalah Abdullah bin Aufi, Ma'ruf bin Hasan dan Sulaiman bin Amr yang berkedudukan lebih dha'if dari Ma'ruf bin Hasan.

Sebagaimana yang dilansir dari laman nu.or.id bahwa Al-Imam Al-Baihaqi yang menulis dalam kitabnya Syu'abul Iman lalu di nukil kembali oleh As-Suyuti menyebutkan bahwa status hadis tersebut adalah dhaif (lemah).

Namun status hadist dha'if yang diberikan oleh As-Suyuti justru dikritik karena berdasarkan hasil tabbayun dari para muhaddits yakni orang yang mengetahui banyak perihal hadist dari sisi sanad, matan, dan hal-hal periwayatannya. Juga ikut menilai bahwa kedudukan hadist tersebut bukan hanya dhaif, melainkan maudhu' atau muzayyaf (palsu).

Baca Juga: Hasil Kualifikasi MotoGP Portugal 2023, Marc Marquez Sukses Raih Pole Position

Al-Imam Al-Baihaqi terkait dengan periwayatan hadist tersebut menyebutkan bahwa ungkapan ini bukan merupakan hadits nabawi. Karena di dalam jalur periwayatan hadits itu terdapat perawi yang bernama Sulaiman bin Amr An-Nakhahi, yang telah dikenal dengan kedudukannya sebagai pemalsu hadits.

Hal senada juga disampaikan oleh beberapa ahli hadist di antaranya adalah Al-Iraqi, Yahya bin Ma'in, Yazid bin Harun, Imam Ibnu Hibban dan Imam Ahmad bin Hanbal yaitu bahwa Sulaiman bin Amr ini termasuk ke dalam daftar para pendusta, di mana pekerjaannya adalah pemalsu hadits.

Keterangan tegas dari para Muhadist tentang kepalsuan hadits ini sudah sangat gamblang dijelaskan. Bahwasannya tidak benar bahwa tidurnya orang puasa itu merupakan ibadah. Sudah sepatunya kita sebagai umat Islam harus segera membuang ungkapan tersebut yang telah berkembang luas di kehidupan masyarakat.

Baca Juga: Lawan Ancaman Rusia, Negara-Negara Nordik Bentuk Pertahanan Udara Terpadu, Simak Penjelasannya!

Di satu sisi, tidur siang pada saat berpuasa adalah boleh jika hal ini tidak diniatkan untuk semata-mata menghilangkan penat, bermalas - malasan dan mengulur waktu menunggu berbuka puasa.

Bahkan Rasulullah SAW sebagai uswatun hasannah (teladan terbaik) untuk umat Islam. Tidak pernah memberi contoh untuk tidur siang dengan waktu yang lama, melainkan tidur dalam waktu sebentar tidak sampai berjam-jam sehingga meninggalkan kesempatan untuk bermunajat kepada Allah.

Halaman:

Editor: Kevin Imanuel

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X