Asal-usul Cina Benteng (4) : Boen Tek Bio Sebagai Cikal Bakal Sebutan Cina Benteng

- Minggu, 5 Maret 2023 | 15:31 WIB
Kelenteng Boen Tek Bio (Sugawa/Wahyu Wibisana)
Kelenteng Boen Tek Bio (Sugawa/Wahyu Wibisana)

Sugawa.id – Perkembangan kaum Tionghoa di Tangerag berkembang dengan pesat, sehingga sejumlah sarana dan prasarana bagi kaum Tionghoa pun dibangun. Kehadiran masyarakat Tionghoa semakin eksis dan mereka pun membuat sejumlah tempat ibadah berupa kelenteng. Konon saat itu hanya ada tiga kelenteng Tangerang yang termasyhur.

Di Tangerang, setidaknya ada tiga kelenteng yang punya pengaruh besar terhadap eksistensi kaum peranakan Tionghoa di Tangerang ini, masing-masing adalah Boen Tek Bio atau Padamutara yang terletak di kawasan Pasar Lama, Kelenteng Boen San Bio atau Nimmala (Pasar Baru) yang terletak di Pasar Baru, Boen Hay Bio yang terletak di Pasar Serpong.

Konon kalau dilihat dari udara susunan ketiga kelenteng seperti membentuk sebuah garis lurus. Namun belakangan muncul lagi satu kelenteng yang termasyhur lainnya, yakni Kelenteng Tanjung Kait atau Co Su Kong.

Baca Juga: Terjemahan Karya Budi Darma Raih Penghargaan PEN Amerika

Pengamat masalah Tionghoa Tangerang, Oey Tjin Eng menuturkan kebenaran fakta itu. “Jika dilihat dari udara posisi ketiga kelenteng ini memang seperti membentuk sebuah garis lurus. Boen Hay Bio di Serpong, Boen Tek Bio di Tangerang dan Boen San Bio di Pasar Baru. Garis lurus itu seperti ingin menggambarkan prinsip bahwa Boen Tek Bio diapit oleh lautan (Hay) dan gunung (San), sesuai dengan prinsip Tionghoa ada gunung, ada lautan,” kata Oey Tjin Eng kepada penulis.

Perkembangan beberapa kawasan di Tangerang secara pesat, juga menyebabkan perkembangan dalam bidang lain termasuk soal keagamaan. Tak heran kalau kemudian sejumlah anggota pengurus Kelenteng Boen Tek Bio juga melebarkan sayap 'pelayanannya' dengan membangun Kelenteng Co Su Kong Bio yang terletak di Tanjung Kait, Mauk.

Oey Tjin Eng menuturkan bahwa kemungkinan adanya hubungan tersebut pernah terungkap dalam sebuah buku tentang bangunan bersejarah peninggalan Tionghoa di Indonesia. Dia menyatakan bahwa penyumbang patung singa di Kelenteng Boen Tek Bio dan Kelenteng Tanjung Kait adalah satu orang, yakni Ciang Tay Hai (Zhang Dahai). Hanya saja patung singa di Boen Tek Bio diperkirakan dibuat tahun 1827, sementara yang di Tanjung Kait diperkirakan dibuat tahun 1832-1833. Jadi ada selisih sekitar 5 – 6 tahun. Sejak saat itu keempat kelenteng Tangerang ini menjadi saksi sejarah bahwa orang-orang Tionghoa sudah berdiam di Tangerang lebih dari tiga abad silam.

Baca Juga: Rieke Oneng Diah Pitaloka Jenguk “Emak” Nani Wijaya, Ini Doanya

Sebutan Cina Benteng

Selaib versi yang saya sebutkan sebelumnya bahwa orang Tionghoa di kawasan Tangerang disebut sebagai orang Cina Benteng akibat keberadaan benteng Makassar, ternyata di kalangan orang Tionghoa Tangerang sendiri punya versi lain.

Dalam versi itu disebutkan bahwa kata “benteng” yang melekat pada sebutan Cina Benteng berasal dari istilah 'Boen Teng' yang juga ada kaitannya dengan Kelenteng Boen Tek Bio.

Menurut Erik Eresen, seorang pemerhati bahasa dan budaya Tionghoa, kata 'Boen' dalam Boen Teng berarti menggapai. Jika dikaitkan dengan Boen Tek Bio, kemungkinan akan memiliki arti menggapai kebajikan. Sementara kata 'Teng', kemungkinan berhubungan dengan Tang pada penggalan kata Tangerang.

Baca Juga: Kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Bawa #Anies Trending di Twitter

Penulis berkesimpulan, jika dikaitkan dengan sebutan orang Tionghoa sebagai Tenglang (orang Dinasti Tang – Red), maka kemungkinan Teng di sini untuk penyebutan istilah Tenglang. Namun sayang memang tidak ada literatur yang menjelaskan hal ini secara khusus. Istilah Boen Teng ini terus melekat, akhirnya muncul sebutan Cina Boen Teng. Tapi karena ada pergeseran dari penuturan orang-orang non-Tionghoa dan kalangan peranakan sendiri, istilah ini berubah menjadi Cina Benteng.

Halaman:

Editor: Wahyu Wibisana

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X