Pameran Lukisan dengan tema 'Coffee in Culture Heritage #2' di Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Rabu (8/2). (Foto: Humas kemenkop ukm)
Sugawa.id - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengapresiasi dan mendukung para pelaku Seni rupa atau pelukis untuk menciptakan karya kreatif melalui media kopi sebagai bentuk promosi komoditas kopi Indonesia agar semakin dikenal dan meningkat daya saingnya.
"Indonesia dikenal dengan komoditas kopi yang luar biasa. Jenis kopi di negara kita juga sangat beragam. umkm-nya juga dikenal mampu mengolah komoditas kopi sebagai kekuatan ekonomi. Sementara ampas atau cethe-nya menjadi karya Seni yang bernilai tinggi terutama dalam konsep zero waste," ucap MenKopUKM Teten Masduki dalam acara Pameran Lukisan dengan tema 'Coffee in Culture Heritage #2' di Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Rabu (8/2).
Untuk itu, MenKopUKM menyampaikan apresiasi kepada Komunitas Coffee Painter Indonesia, atas terselenggaranya acara tersebut sebagai upaya untuk mengenalkan para pelukis untuk ikut berperan dalam giat pameran lukisan, juga sebagai sarana memamerkan hasil karya lukisan yang berkarakter dasar media kopi.
Menteri Teten menyebutkan, kualitas kopi Indonesia tidak kalah dengan Brazil meskipun harga kopi Indonesia tergolong mahal. Sebelum pandemi COVID-19, harga kopi Brazil mencapai 9,5 dolar Amerika Serikat (AS) per kilogramnya. Sedangkan kopi Indonesia mencapai 9 dolar AS per kilogram.
"Kopi kita enak, maka dari itu orang mau beli meskipun mahal. Apalagi sekarang ini tren minum kopi terus terjadi di Indonesia. Hal itu menumbuhkan semangat serta pelaku industri kopi lokal. Dan mengkonsumsi kopi itu sehat, juga harus bangga dengan produk dalam negeri sendiri," ucapnya.
Kekuatan komoditas kopi dan para pelaku Seni kopi menurut Teten, sangatlah berkesinambungan. Sehingga menjadi kolaborasi yang baik dari dua sektor industri tersebut.
Berdasarkan data Kemenparekraf, Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor ekonomi kreatif (ekraf) di Indonesia pada 2021 memberikan kontribusi cukup besar yang mencapai 6,98 persen atau dengan nilai Rp1.134 triliun. Kuliner, fesyen, dan kriya menjadi subsektor penyumbang terbesar untuk PDB ekonomi kreatif dengan kisaran 75 persen.
"Saat ini ekonomi kreatif menjadi gerakan dari lokomotif baru untuk pengembangan ekonomi di Indonesia, sehingga saya berharap pelaku usaha ekonomi kreatif terus mencoba hal baru demi kemajuan ekonomi kreatif," kata MenKopUKM.
Untuk itu, mengingat besarnya kontribusi dari sektor ekonomi kreatif, subsektor Seni rupa dapat menjadi peluang besar maka bagi pelaku Seni rupa, agar terus meningkatkan kompetensi sehingga keterampilan yang dimiliki semakin baik dan dapat menghasilkan karya Seni yang baru. Sekaligus mengangkat nama Indonesia di tingkat dunia dengan menghasilkan lebih banyak lagi pelukis kopi Indonesia yang dikenal dunia.
"Saya harap, pameran ini dapat membuka peluang kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendorong umkm ekonomi kreatif Indonesia semakin tangguh, adaptif, inovatif, dan berdaya saing," kata Teten.


"Kopi dan warisan budaya melebur menjadi sebuah persembahan yang bernilai estetika tinggi, kebanggaan akan hasil karya Seni rupa dan terpampang di atas kanvas dengan sentuhan estetika dalam berbagai ekspresi," kata Jan.