dok. LinkAja
JAKARTA - Di penghujung 2019, LinkAja yang merupakan alat pembayaran elektronik nasional mengalami perkembangan menggembirakan. Dari sisi pengguna terdaftar, jumlahnya telah menembus lebih dari 40 juta, melampaui target.
LinkAja pun semakin gencar melakukan kerja sama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan berbagai perusahaan swasta. Kerja sama tersebut dibuat untuk menciptakan ekosistem holistik yang dapat memperluas adopsi penggunaan uang elektronik dalam memenuhi kebutuhan esensial.
Pada akhir tahun 2019 ini, LinkAja juga semakin mengukuhkan posisinya sebagai uang elektronik yang dapat digunakan di berbagai moda transportasi publik, mulai dari KRL Jabodetabek, Gojek, kereta api KAI antar kota, bus Damri, taksi Bluebird, Railink, Garuda/Citilink, dan berbagai transportasi lokal seperti Trans Lampung, Trans Semarang, dan lain-lain.
Direktur Utama LinkAja, Danu Wicaksana mengatakan, pihaknya sangat bersyukur atas capaian sepanjang 2019. “Tujuan kami untuk mengedukasi masyarakat di seluruh daerah di Indonesia mengenai pentingnya bertransaksi secara digital, pelan tapi pasti semakin terwujud berkat adanya kerja sama dengan berbagai pihak lintas sector,” ungkap Danu di Jakarta, Selasa (17/12/2019).
“Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah transaksi sebanyak lima kali lipat sejak beroperasi pada bulan Februari 2019,” imbuh Danu dalam keterangan tertulisnya.
Sebanyak 82 persen pengguna LinkAja pun tersebar di luar Jakarta, dengan 52 persen pengguna berada di luar pulau Jawa seperti kota-kota di Sumatera bagian utara, Sumatera bagian tengah, dan Sulawesi. “Tentu saja pertumbuhan pengguna di berbagai wilayah ini merupakan hasil dari peningkatan penyediaan akses keuangan digital yang tersebar di seluruh Indonesia,“ kata Danu.
Penyediaan akses terhadap produk finansial memang masih menjadi kendala di Indonesia, terutama bagi mereka yang berada di daerah dan pelosok. Kebiasaan masyarakat Indonesia yang nyaman bertransaksi secara tunai pun turut menjadi tantangan bagi perkembangan pembayaran elektronik.
Dalam menyediakan kemudahan akses terhadap pembayaran elektronik, LinkAja memiliki akses cash in kepada masyarakat di lebih dari 700 ribu titik pada akhir 2019, baik berupa bank channel, modern retail, hingga layanan keuangan digital. Edukasi dan ajakan bertransaksi secara digital pun terus dilakukan dengan menggandeng lebih dari 250 ribu merchant.
Tak hanya itu, untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan pembayaran digital, LinkAja telah bekerjasama dengan beberapa pihak untuk menjadi sumber pengisian dana atau saldo di beberapa aplikasi nasional seperti Gojek, Bluebird Group, Damri, Tokopedia, Bukalapak, Blibli, dan masih banyak lagi.
Menjangkau masyarakat suburban, LinkAja telah melakukan kerja sama dengan beberapa pemerintah daerah melalui digitalisasi pasar tradisional, layanan retribusi, hingga pengembangan UMKM. Hingga akhir 2019 LinkAja telah melakukan digitalisasi pasar di Pasar Gunung Sahari Cirebon, Pasar Pabaeng-baeng Makassar, Pasar Peterongan Semarang, dan Pasar Beringharjo Yogyakarta.
Selain itu LinkAja juga berkontribusi pada Proyek Percepatan Keuangan Inklusif yang diinisiasi oleh Dewan Nasional Keuangan Inklusif untuk proyek percontohan ekosistem pembayaran nontunai di Desa Pegagan Kidul, Kabupaten Cirebon dan Desa Tanjung Batu di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
“Kami harap LinkAja tidak hanya berperan untuk mengedukasi masyarakat, tetapi juga menjadi solusi bagi permasalahan peningkatan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia,” kata Danu.